Monday, May 5, 2014

Renol Hasudungan

Sebelum ini, terakhir kali saya merasakan jatuh cinta sama seorang laki-laki itu waktu saya SMA. Laki-laki beruntung itu (hahaha) bernama Renol Hasudungan Habeahan, senior satu tahun di atas saya di SMA.
Kami kenal sejak saya kelas 3 SMP, waktu itu dia kelas 1 SMA. Kami tergabung dalam sebuah persekutuan tempat kami masih melayani bersama sekarang. Saat saya masuk SMA, saya masuk juga ke SMA yang sama dengannya, SMA Negeri 4 Bandung.
Nah di masa SMA itulah, benih cinta mulai berkembang (acieeehh). Saya juga ga bisa menggambarkan tepatnya bagaimana, tapi muncul begitu saja. Entahlah, dia pria yang luar biasa menurut saya waktu itu. Kami tergabung dalam sebuah kelompok PA (waktu itu masih heterogen), di mana saya satu-satunya perempuan bersama tiga laki-laki yang merupakan saudara PA saya, dan pembimbing PA kami. Setiap PA atau persekutuan, saya merasa terberkati ketika dia sharing. Setiap berbincang dengannya saya pun diberkati, tak jarang kami juga tertawa bersama. Moment-moment kecil itu mendukung perasaan saya untuk semakin mengasihinya.
Sampai ketika di suatu hari (masih SMA), saya berdoa kepada Tuhan. Saya menyerahkan perasaan saya kepada Bapa, karena saya tahu itu adalah pemberian-Nya. Saya kembalikan dan saya berkata pada-Nya untuk mengembalikan anugerah tersebut kepada orang terakhir saja dan di waktu yang tepat ketika saya sudah dewasa. Malam itu, saya yang masih bocah SMA menangis sambil menyerahkan hati saya sepenuhnya dalam kendali Tuhan.
Seiring berjalannya waktu, perasaan saya kepada Abang (si Renol Hasudungan) pun memudar. Saya ingat sekali, saat ulang tahunnya saya memberi kartu ucapan selamat dengan menggambar karikaturnya. Waktu saya menggambar dia, saya habiskan perasaan saya di sana, hahaha...


Kami tetap satu pelayanan, berpisah kelompok PA, pernah terpisah kota, komunikasi yang hilang dan terjalin lagi, sharing Firman Tuhan, bergaul bersama yang lain, dan sebagainya. Bertahun-tahun setelahnya, tujuh tahun...perasaan itu pun tidak kembali, tanpa saya halangi maupun tanpa saya usahakan untuk hidup lagi.
Ada yang menggoda saya kalau dia menyukai saya. Entahlah, saya tidak pernah menyadarinya. Ada juga yang menggoda saya kalau CLBK (cinta lama bersemi kembali) itu akan terjadi. Apapun perkataan orang tentang kami, saya cenderung cuek dan acuh tak acuh.
Di sisi lain, pintu hati saya pun tidak kunjung dibuka oleh Tuhan untuk jatuh cinta kepada pria sepanjang tujuh tahun itu. Saya memang pernah beberapa kali tertarik kepada pria lain, tapi selalu saja ada cara Tuhan untuk membuatnya terhenti dan tidak berkembang menjadi cinta.
Sampai akhirnya di awal tahun 2013 lalu, pembimbing PA saya menelepon dan bilang bahwa ada yang maju ke saya. Saya diminta mendoakan tanpa tahu namanya. Beberapa minggu kemudian, barulah saya tahu orangnya, karena Abang menyatakan perasaannya dan meminta jawaban saya.
Waktu itu saya masih perlu berdoa. Maka 3 bulan ditentukan untuk masa pendekatan dan berdoa. Serius, selama bertahun-tahun kami bergaul, kami tidak pernah membicarakan tentang cinta, padahal kami karib. Makanya, saya memang tidak tahu sama sekali kehidupan percintaannya, kalau dia pernah menyukai seorang cewek, begitu juga dia tidak banyak tahu tentang percintaan saya.
Sekitar awal Mei 2013, Abang menanyakan jawaban saya. Waktu itu, saya masih tidak bisa menjawab iya maupun tidak. Alasannya karena saya belum dapat keyakinan harus menjawab apa. Di sisi lain, Tuhan pun belum mengembalikan cinta itu di hati saya untuk dia.
Beberapa hari kemudian, Abang mendatangi saya lagi untuk meminta kepastian jawaban iya atau tidaknya. Menyebalkan memang, hahaha, tapi kemudian kesimpulan diambil bahwa jawabannya ‘tidak’. Saya waktu itu sebenarnya meragukan dia, keyakinan dan perasaannya tidak tersampaikan kepada saya.
Hmm, setelah itu tidak ada yang berubah dengan kami. Kami tetap berteman, berkomunikasi, melayani dalam satu pelayanan.
Sampailah di akhir tahun 2013 kemarin. Setelah beberapa pekan kami tidak berkomunikasi yang entah kenapa, kami pun kembali berkomunikasi. Nah, kali ini dalam beberapa perbincangan atau moment, saya diingatkan Tuhan akan doa yang pernah saya panjatkan mengenai teman hidup saya ada pada Abang.
Perlahan-lahan, saya menyadari bahwa saya mulai tertarik padanya. Lucunya, saat saya doa makan di rumah, hihihihihi... Waktu itu saya berdoa seperti biasanya, namun tanpa saya sadari sebuah kalimat terucap dalam doa saya, “...dan aku mengasihi Abang.”
Saya terkejut dengan doa saya sendiri. Namun bersamaan dengan itu, saya menyadari bahwa perasaan itu sudah berkembang, tidak sekedar tertarik. Saya bersyukur, pribadi yang pertama kali saya beritahu adalah Tuhan, hihihihi.
Dulu, saya beberapa kali bertanya-tanya, “Tuhan, aku kan minta perasaan itu dikembalikan ke orang yang terakhir. Pertanyaannya, apakah perasaan dulu atau keyakinan dulu yah yang muncul?” Apakah saya yakin dulu dia orangnya lalu kemudian jatuh cinta, ataukah saya jatuh cinta dulu untuk kemudian yakin bahwa dia orangnya?
Sekarang pertanyaan itu terjawab. Dalam kisah cinta yang Tuhan tuliskan untuk saya, perasaan dan keyakinan itu bersama-sama berlari ke arah saya, saling susul-menyusul, kemudian keduanya mendapatkan saya.
Ketika Abang bercerita bahwa ia menantang seisi keluarganya untuk lahir baru, ketika Abang datang ke rumah saya memberikan kado, ketika kami bersama-saya kutip salah satu kalimatnya-Tuhan ada di tengah-tengah kami, begitu indah.
Dan ketika Abang meminta waktu saya di tanggal 14 Februari 2014....
Saya sempat berpikir, bahwa Abang akan menyatakan lagi, namun kali ini tidak lewat pembimbing PA. Ternyata ada miskomunikasi, sehingga akhirnya tanggal 13 Februari malam saya tahu lewat pembimbing saya, bahwa Abang sudah maju lagi. Mengingat perkataan Abang yang meminta saya menyiapkan hati untuk pembicaraan serius membuat hati saya dag dig dug...
Keesokan paginya, salah seorang kepala bagian berkata bahwa beberapa di antara kami diajak makan-makan oleh direktur sepulang kerja, dan termasuk saya di antaranya. Maka perencanaan untuk pulang ke rumah dulu, menyiapkan hati dan diri, dijemput Abang, semua buyarrrrr, hahahaha.
Valentine itu saya sibuk sekali bekerja. Saya punya jadwal interview yang padat hari itu, jadi banyak di luar kantor sampai siang. Sekitar jam 10 pagi saya buru-buru ke kantor untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan untuk interview pelamar. Saya terkejut saat di atas meja saya sudah ada bunga cantik dengan kartu dan cokelat. Hal pertama yang saya lakukan adalah melihat kartu, memastikan pengirim dan penerima hadiah Valentine tersebut yang sebenarnya.
Terkejutlah saya ketika melihat kartu tanpa nama si pengirim tersebut, karena saya tahu melalui tulisan tangannya yang saya kenal, bahwa semua itu dari Abang untuk saya. Dalam keadaan yang memang buru-buru, karena tidak ada orang-orang yang bisa menjawab pertanyaan saya mengenai bagaimana bunga-coklat-kartu itu bisa sampai ke meja saya, saya pun kembali disibukkan dengan interview dengan perasaan campur aduk, hahahah.
Siangnya saya pun mendapat kepastian dari telepon Abang bahwa memang dialah si pengirim tersebut tanpa mau menceritakan bagaimana bisa sampai dengan manisnya ke atas meja kerja saya.
Sore menjelang malam, setelah saya makan-makan bersama direktur dan rekan kerja, kami pun bertemu. Dengan memegang bunga pemberiannya, seragam kantor dan debu Gunung Kelud di sekitar saya, hmmm kami pun pergi bersama ke sebuah tempat makan es krim. Lucunya, di resto tersebut tidak ada pengunjung selain kami, hehe...
Singkat cerita, Abang menyatakan kembali perasaannya.
Tapi maaf, sekalipun saya punya perasaan, keyakinan saya tentang kami belum 100%. Saya pun meminta waktu lagi untuk berdoa selama 1,5 bulan sampai tanggal 2 April. Saya ingin memastikan apakah perasaan saya waktu itu muncul karena saya terbiasa bersama Abang ataukah perasaan itu adalah doa yang saya minta dulu (dikembalikan Tuhan pada orang yang terakhir di waktu yang tepat). Karena itu, saya meminta untuk kami tidak berkomunikasi sama sekali kecuali kalau berhubungan dengan pelayanan.
Tidak saya sangka, beberapa hari pertama cukup berat untuk dijalani karena saya merindukan Abang, hahaha. Tapi Puji Tuhan, saya kemudian bisa menjalani bersama-Nya.
Saya ingat di suatu hari Senin, beberapa minggu sebelum menjawab, saya disadarkan Tuhan untuk fokus pada Dia sekalipun saya mendoakan Abang. Waktu itu saya menangis dan berkata pada Tuhan, saya ingin bersukacita mendengar jawaban firman-Nya sekalipun Tuhan bilang Abang bukan teman hidup yang Tuhan tetapkan buat saya. Akhirnya selama seminggu setelah itu saya memutuskan untuk membiarkan hati saya dinetralkan kalau Tuhan mau, dengan cara tidak mendoakan Abang secara spesifik dan terutama tidak memikirkan dan membicarakan, juga tidak mencari tahu tentangnya.
Sampai kemudian hati dan pikiran saya sudah terbiasa tidak merenungkan tentang Abang, 2 April pun semakin dekat. Saya mulai panik karena keyakinan jawaban tak kunjung bulat.
Waktu itu saya mengikuti retreat profetik, sebelumnya saya sempat mengharapkan menemukan jawaban Tuhan di sana. Tapi akhirnya saya tepis harapan saya, karena tujuan saya ke tempat itu bukanlah jawaban, namun Tuhan sendiri.
Tapi Tuhan memang sediakan jawaban : )
Saat di retreat itu, ada seseorang yang berdoa bagi saya, “Percayalah kepada Tuhan. Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.”
Perkataan itu begitu merhema, memberi saya keyakinan lebih untuk menjawab kepada Abang.
Tapi saya tetap belum merasa puas dan yakin bulat, karena saya sudah terbiasa dan ingin terbiasa mendapatkan wahyu Tuhan, terutama untuk keputusan besar seperti ini.
Sampailah H-2 pagi, saat saya saat teduh saya dapatkan firman-Nya : )
Kolose 3:14-15
Pagi itu Roh Kudus bertanya pada saya, “Apakah kamu mengasihinya?”
Saya sempat terdiam karena beberapa minggu tidak merenungkan tentang Abang, saya jadi tidak tahu bagaimana perkembangan perasaan saya.
“Apakah kamu mengasihinya? Karena kasihlah yang dapat mengikat dan mempersatukan kalian dalam hubungan ini,” sekali lagi Roh Kudus bertanya.
Akhirnya, saya berkata dengan mantap bahwa saya mengasihi Abang. Damai sejahtera-Nya saat itu melingkupi hati saya sehingga saya bersukacita dan yakin bulat untuk jawaban saya.
Sampailah tanggal 2 April yang ditunggu-tunggu. Setelah persekutuan doa yang luar biasa, Rabu malam itu Abang meminta jawaban saya.
“The answer is yes...”
Banyak orang berkata ‘akhirnyaaa...’
Entahlah, malam itu justru saya berkata pada Tuhan bahwa ini awalnya. Awal yang indah karena melalui proses campur tangan Tuhan untuk memulainya.
Saya harap pun, sepanjang perjalanan ini, Tuhan terus terlibat dalam hubungan kami. Bukan hanya sebagai Penulis, melainkan juga sebagai pemeran utama kisah cinta kami.
Because God is love ^^
                                                           Bersambung...*


*)Cerita ini akan terus bersambung ke kisah demi kisah cinta berikutnya

10 comments:

  1. hehehe,,,

    sungguh inspiratif..

    Tuhan memberkati kita Nelly Susan Siringoringo

    ReplyDelete
  2. Nellyyyyyy...
    Begini tooh ceritanyaaa.. :)
    Aaaaaaahhh, pengeeen curhaaaaaat...

    God bless both of u.. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Onyaaa..
      Aku tunggu Curhat an kamu.!!!

      Hikkksss kangen. .

      Delete
  3. :D aku deg-degan lho bacanyaaaa hihihihihi ;) ;)

    ReplyDelete
  4. Haiyaahh.. Aku jd inget crita Nelly pas di sekolah dan ekspresi km saat si doi lewat hahahaaha... :3
    #akhirnya gw bisa komen ttg kalian berdua yg sblmnya harus hati2... Heuheu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuppss... Ini memang awalnya..
      Nikmatin semuanya ke depan nanti...
      Komentar dr teman kan udah ada "akhirnyaaa"...
      Siap2lah utk masuk ke kehidupan sbg "calon istri sungguhan"
      Yipppiiieee...!!!!

      Delete