Tuesday, September 27, 2011

Gadis Cacat


Alkisah ada seorang gadis yang sedang merasa tertekan. Setelah sekian tahun lamanya, ia baru menyadari sesuatu. Ada yang salah dengan dirinya, ia baru tahu. Tubuhnya kerdil, tidak seperti gadis sebayanya. Kulitnya penuh cacat, ia sendiri jijik.
Dia berlari, merasa tak ada satu pun yang boleh mendekatinya. Ia masuk ke sebuah gua, telanjang kaki, meringkuk di kegelapan sana. Ia tidak dapat lagi merasakan kakinya yang berdiri di atas batu-batu keras itu. Bersembunyi dalam gua, tak berani keluar.
Di depan gua itu saat ia mengintip, ada sepasang kaki di luar sana. Ia kenal siapa yang sedang menunggu di depan gua itu. Ia tahu, ia sedang ditunggu.
Ayahnya, mengajaknya pulang. Mengulurkan tangan, menunggu gadis itu keluar dari gua tersebut. Tapi gadis itu takut, ia tak mau keluar, ia cacat, ia menjijikkan. Ayah pasti membuang muka kalau melihat rupanya.
Oh, apakah ayahnya memang sudah mengetahui hal ini dari dulu? Bagaimana mungkin ayah tidak sadar kan? Lalu kenapa ayah memperlakukannya seolah ia tidak cacat?
Dari kegelapan sini, ia masih melihat tangan ayahnya yang penuh penerimaan terulur, dan mata yang lembut itu terus menatapnya, mengajaknya pulang.


Ada saat hidupku berjalan dalam lembah
sampai keadaanku tak berdaya
Pikiran manusiaku, ‘Dapatkah ku bertahan?’
Namun kekuatan ada saat Kau berkata,
“Jangan pernah kau ragukan kasih dan pengorbanan-Ku
Tangan-Ku terbuka untukmu, datanglah mendekat pada-Ku
Jangan pernah kau menyerah kar’na Aku bersamamu
Aku tetap sama dulu, s’karang, sampai s’lamanya,
Penyelamatmu...”
-Aku bersamamu, Sari Simorangkir-

No comments:

Post a Comment