Baru saja saya menceritakan pengalaman saya dengan atasan saya kemarin, hari ini terjadi sesuatu lagi yang berhubungan dengan atasan saya.
Jadi, hari ini saya masuk kantor. Saya naik ke atas duluan dari rekan kerja saya, mau menyalakan laptop kerja sekaligus ke WC.
Saat ke WC, saya terkejut dengan jejak kaki hitam seperti ada orang yang memanjat dari/ke atas langit-langit. Saya pikir, mungkin ada pencuri semalam. Jadi saya segera cek komputer-komputer kantor dan barang lainnya, kalau-kalau memang baru saja ada yang menjebol kantor kami.
Saya keliling sebentar dan menyimpulkan semuanya masih aman. Karena itu, dengan tenang sayapun berjalan ke arah meja saya melanjutkan rencana awal yang saya mau lakukan yaitu menyalakan laptop kerja.
Saya selalu menyimpan laptop kerja tersebut di laci meja kerja di depan saya. Jadi seperti biasa, saya membuka kunci laci tersebut. Alangkah terkejutnya saya, ketika mengetahui bahwa di laci tersebut sudah tidak ada laptop, charger, bahkan mouse-nya!
Saya langsung ke bawah memanggil teman saya. Singkat cerita, beberapa orang kantor dan pabrik akhirnya mengetahui kejadian tersebut. Saya juga mengirim SMS ke atasan saya tentang kejadian ini.
Sebenar-benarnya, saat itu hati saya begitu tenang, bahkan terlalu tenang menghadapi kejadian semacam ini. Tapi, begitu atasan saya datang, aduuuuh, sudah hampir menangis saya saking merasa bersalahnya!
Tapi beliau datang sambil menyapa saya dengan senyum. Kami melakukan seleksi pelamar hari ini begitu lancarnya, seperti tidak ada apapun yang terjadi. Kami berdiskusi begitu fokusnya tanpa menyerempet sedikitpun ke topik laptop yang hilang.
Pikiran saya saat itu berasumsi macam-macam. Mungkin beliau ingin terlihat professional, kalau pekerjaan sudah selesai baru akan dibahas. Atau mungkin beliau menghibur saya supaya tidak panik dan tetap fokus bekerja. Dan sebagainya.
Sampai akhir diskusi, atasan saya masih tenang. Lalu saya pun meminta waktu untuk berbicara dengan beliau.
“Pak, dapat SMS saya tadi pagi?” tanya saya takut-takut.
“SMS yang mana? Saya ga terima SMS kamu…”
Aaaakk, maka tahulah saya jawaban dari ketenangan atasan saya, karena beliau memang belum tahu apa-apa. Kembali, segala rasa bersalah yang bercampur dengan rasa-rasa lainnya mendatangi saya. Rasanya ingin langsung menangis saja.
“Laptop putih hilang, Pak…” jawab saya sambil menahan tangis.
Singkat cerita, beberapa orang dipanggil saat itu juga perihal hilangnya laptop. Saya terus mengikuti atasan saya ke manapun beliau melangkah. Sampai orang-orang tersebut akhirnya dibubarkan, saya mengikuti atasan saya sampai ke ruangannya.
“Jadi gimana, Pak?”
“Ya udah, mau gimana lagi…”
“Maafin saya ya, Pak……”
“Kamu ga usah minta maaf, bukan kamu yang salah kok. Lebih baik kamu berdoa, supaya Tuhan memberi tahu dan laptop itu bisa ketemu lagi…”
Saya pernah mendengar sebuah pernyataan, “Hadiah terbaik yang bisa kamu berikan kepada seseorang adalah kesempatan.”
Tapi hari ini saya mengalami bahwa, “Hadiah yang juga bisa kamu berikan kepada seseorang adalah kepercayaan kepada orang tersebut.”
Seketika hati saya langsung merasa lega. Atasan saya tidak mengampuni saya bukan karena kesalahan saya tidak termaafkan, tapi karena atasan saya percaya bahwa bukan saya yang salah.
Setiap rasa bersalah itu tergantikan menjadi rasa terima kasih dan pengalaman ini menjadi hadiah berharga. Ya, teladan yang berharga sekali dari atasan saya. Makasih, Pak! : )
“Selamat liburan ya… Jangan nangis lagi, Nel!”
No comments:
Post a Comment