Sunday, October 31, 2021

Nostalgia Ke Dua

Semalam saya terbangun dan tidak bisa tidur.


Saya mengelus dan memandang wajah lelaki di hadapan saya yang masih tertidur, dan saya bernostalgia dengan diri saya sendiri tentang dia.

Saya teringat saat-saat di mana kami masih remaja.


Saat rasa cinta itu sedang tumbuh...

Kala dia menarik rambut saya

Mendengarkan MP3 lagu rohani bersamanya dengan menggunakan earphone

Dia mengirimi saya surat saat saya merasa down, menghibur saya dengan firman Tuhan yang dia tuliskan juga di sana

Ketika kami dengan antusias saling menyapa di sekolah setelah sekian lama tidak bertemu dan saya merasa rindu

Bagaimana saya selalu kagum akan kedewasaannya saat saya mendengarkan dia sharing firman Tuhan


Kemudian saat dengan polosnya saya meminta Tuhan mengambil rasa cinta itu dari hati saya...

Saya menangis berdoa pada Tuhan, meminta-Nya mengembalikan perasaan itu pada waktu yang tepat dan orang yang tepat.

Sekalipun ternyata perasaan itu akan kembali pada pria yang sama.

Saya mencurahkan perasaan terakhir saya pada karya gambar saya di hari ulangtahunnya


Lalu ketika dia bekerja di luar kota, kami sering berkirim pesan singkat

Sekalipun perasaan itu sudah tidak ada, saya tetap saja selalu senang untuk sharing firman dengannya

Dan jika dia ke Bandung dan kami bertemu di gereja, saya merasakan bagaimana antusiasnya dia saat menyapa dan menjabat tangan saya


Dia pun kembali ke Bandung, dan kami menjadi rekan satu pelayanan kembali

Sedari remaja, dia memang sering ke rumah saya sendiri ataupun bersama yang lain

Kadang kami berjalan kaki bersama, naik angkot bersama

Entah saat masih cinta maupun saat rasa itu sudah tidak ada, namun saya tidak pernah bosan berbincang bersamanya, apalagi sharing firman Tuhan

Juga menyanyi lagu pujian bersama


Itu terus berjalan sampai kami dewasa

Saat dia akhirnya sudah memiliki kendaraan bermotor

Kalau dia mengantar saya pulang, pasti kami berbincang lama sekali di depan rumah tentang kehidupan

Dan dalam pelayanan pun, saya tetap mengagumi kedewasaan rohaninya


Bukan hanya dia pria yang sering ke rumah saya

Bukan hanya dia pria yang sering menyanyi pujian bersama saya

Bukan hanya dia pria yang sering berbincang dengan saya

Namun hanya sedikit pria yang membangun saya melalui sharing firman Tuhan

Malah, semalam saya berpikir mungkin saja rasa itu tidak pernah Tuhan ambil, mungkin saja saya yang tidak menyadarinya


Entahlah, saya merasa Tuhan hadir di tengah-tengah kami

Saat saya bernostalgia semalam, saya teringat perkataannya saat kami akhirnya berpacaran: Tuhan indah di tengah-tengah kita


Dan semalam, saya menangis haru

Menyadari bagaimana Tuhan selalu ada di antara kami

Saat berpacaran, kami sering sharing ayat firman untuk saling meneguhkan

Saat kami menikah, bagaimana kami sama-sama berharap Tuhan dimuliakan

Mendoakan kerinduan memiliki anak, mendoakan untuk keputusan beli rumah, atau doa-doa kami lainnya

Kami menyembah Tuhan bersama

Tak jarang ada air mata

Namun semuanya itu indah karena Tuhan hadir di antara kami


Semalam...saya menangis terharu dan berdoa

Mensyukuri akan pria yang Tuhan anugerahkan menjadi pasangan saya

Yang sudah Tuhan perkenalkan sedari saya masih remaja dan bentuk untuk memberkati saya juga

Dan saya meminta pada Tuhan, supaya Dia terus berkarya di antara kami





Tulisan di atas saya buat tepat seminggu yang lalu.


Namun belum sempat saya post tulisan di atas, ternyata kemarin dia memberikan saya kado wedding anniversary kami yang sudah lewat 2 minggu lalu.




Entah kenapa, saya sangat terharu dan menangis. Dia berkata, saat menuliskan kata-kata dalam kado itu juga hampir menangis.
Kami pun berpelukan dan menangis bersama.






Terima kasih Tuhan, sekali lagi, untuk pria yang sudah Kau rancangkan untuk menjadi pasangan hidupku.






No comments:

Post a Comment