“Nel, ke Dufan yuuukkk!!!”
Saya masih ingat ajakan teman kantor saya di akhir bulan Juni lalu, bagaimana antusiasnya mengajak saya dan antusias saya ingin mengatakan ‘ya’.
Bagaimana tidak, bersama teman-teman kantor lainnya, ke Dufan naik bis, bermain sepuasnya di hari libur dan setengah harga pula!
Hari libur, hari Minggu. Itulah jawaban dari pertanyaan saya padanya.
“Lihat jadwal pelayanan dulu ya, Ci…” jawab saya akhirnya dengan menyesal.
Setelah ditagih jawaban, dua hari kemudian saya akhirnya dapat menjawab dengan lega bahwa saya bisa ikut karena di tanggal tersebut saya tidak dijadwalkan pelayanan.
“Yeeeeeeee!!!” sorak kami.
Kemudian, dengan santai saya bertanya jadwal keberangkatan dan kepulangan kembali sampai Bandung.
“Jam 7 pagi berangkat. Sampai Bandung lagi jam 10 malam.”
Glek… Teman saya menenangkan, pasti ada banyak motor yang dapat mengantar saya selamat sampai ke rumah.
Hahaha, saya masih terkesan dengan pekerjaan Roh Kudus keesokan harinya.
Malam itu, saya berdoa di sebuah perkumpulan doa. Kami menyembah dan memuji Tuhan.
Saya mengagungkan Dia sampai kemudian Ia menerangi hati saya.
Ia tidak berkata apa-apa, tapi karena Ia tinggal dalam hati saya, tanpa berkata pun saya merasakan Ia berduka karena saya telah membuat Tuhan cemburu.
Saya lebih memilih bersenang-senang bersama teman-teman saya yang mereka istilahkan “Kapan lagiiii???” dibandingkan bersenang-senang dengan-Nya di ibadah hari Minggu.
Waaah, malu banget sama kegombalan yang saya sudah lakukan pada-Nya. Berkata, “Aku mengasihi-Mu, Kaulah yang terutama,”—tapi yang saya perbuat justru membuat-Nya cemburu.
Tanpa pikir panjang dan membiarkan-Nya berduka lebih lama lagi, saya berkomitmen malam itu, akan menarik perkataan saya terhadap ajakan ke Dufan kalau memang hari itu saya tidak bisa beribadah.
Keesokan harinya, sambil tersenyum lebar teman saya bertanya, “Ke Dufan jadi kan, jadi kaaan?”
Saya pun menggelengkan kepala, menceritakan alasan saya dan menarik perkataan saya di hari sebelumnya. Menolak satu orang sih masih tahan, tapi kemudian sejak hari itu beberapa teman yang lain pun mendesak saya ikut. Apa boleh dikata, seperti yang saya ungkapkan pada teman saya, saya tidak bisa membohongi hati nurani saya, saya tidak bisa mengabaikan-Nya. Sekalipun teman saya bilang bahwa ibadah itu setiap hari, bahwa persekutuan tengah minggu atau di hari lain pun merupakan ibadah juga, bahwa kesempatan bersama teman-teman ini belum tentu akan datang lagi—tapi yang saya tahu, Dia cemburu kalau saya menuruti ajakan mereka.
Dan saya ga mau gombal lagi, setidaknya karena Ia menyadarkan saya. Saya ga mau membiarkan hati nurani ini kandas.
Well, di sinilah saya: menulis. Sepertinya pagi ini teman-teman saya sedang bersiap dengan semangat menuju perjalanan menyenangkan mereka ke Dufan.
Selamat bersenang-senang semua, kembalilah ke Bandung dengan penuh berkat : )
Dan saya pun percaya, ada berkat luar biasa yang akan Dia berikan pada saya hari ini : D
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain…
Mazmur 84:11
No comments:
Post a Comment