Thursday, August 4, 2011

Mujizat Terlupakan

Hari itu, Sabtu pukul 1 dini hari..
Di atas sofa, aku menangis, bertanya pada Tuhan, “Apa tujuan-Mu dalam hidupku?”
Saat itu, aku katakan, jika aku tak tahu tujuan-Nya, lebih baik aku tidak pernah hidup. Itu adalah waktu di mana aku telah menginjak kelas 3 SMA, bertanya-tanya ke mana aku melanjutkan setelah ini.
Kata itu pun muncul, “Psikologi.”
Di sanalah, pertama kalinya Ia nyatakan mimpi-Nya melalui hidupku. Banyak hal yang terjadi, dan semua manis adanya. Manis, karena penyertaan-Nya nyata atasku, dan Ia yang menjanjikan semuanya sungguh setia.
Dengan keyakinan akan pengharapanku, aku menceritakan kepada banyak orang, bahwa aku akan memilih Psikologi untuk SPMB. Ya, pilihan pertama adalah Psikologi Unpad dan kedua Psikologi UPI karena keduanya saat itu jurusan IPA.
Banyak tantangan dan pembentukan, namun tangan-Nya tak pernah melepaskanku, membawaku dalam kemenangan demi kemenangan. Meskipun aku tidak mengikuti bimbel, namun aku terus tekun belajar karena aku tahu ke mana tujuanku. Aku bersama sahabatku, Sweet, berjuang bersama-sama belajar dan saling menopang. Tentu tak lepas juga dukungan sahabat kami, Kate dan Mike.
Try Out pertama kalinya aku kerjakan di rumah, dan hasilnya hanya 12,05% saja.
Aku pun terus berjuang, belajar dan belajar, begadang, tekun. Sampai detik-detik terakhir, hasil Try Outku yang tertinggi adalah 36%, hanya bisa mencapai pilihan kedua. Saat itu abangku sempat tidak menyetujui pilihanku yang terlalu nekat. Namun, kembali Tuhan meneguhkan janji-Nya untukku.
Jadi, akhirnya aku pun menghitamkan kedua pilihan tersebut pada formulir pendaftaran SPMB. Karena aku memang tidak tahu lagi harus memilih apa selain pilihan-Nya. Dengan penuh kepercayaan, aku menghitamkannya dengan pensil 2B-ku.

Seleksi pun dimulai. Aku ingat betapa sangat memberiku semangat, ketika kakakku mendoakanku sebelum aku berangkat. Dua hari ujian aku selesaikan dengan sukacita bersama Tuhan. Namun hal yang mengguncangkanku ketika mengetahui fakta yang terjadi saat aku memeriksa jawabanku sendiri melalui radio serta koran saat itu.
Bahasa Indonesia yang sedari dulu selalu membantu nilai Try Outku tinggi, justru sangat jatuh di SPMB. Dari 19 soal yang kuisi, salah 15 dan benar hanya 4 soal, sehingga poin untuk Bahasa Indonesia hanya 1. Satu! Perlu dicatat juga, aku tidak mengisi Fisika sama sekali karena tidak ada soal yang aku yakin bisa dijawab, sehingga poin Fisikaku 0. Yang membantu adalah Matematika Dasar karena aku ingat sekali poinku 72.
Tapi passing grade perhitunganku adalah 28%! Bahkan untuk pilihan kedua pun (Psikologi UPI), aku hanya mampu berharap, karena berita saat itu yang kudengar passing grade UPI sudah mencapai 30%-an. Aku sempat terguncang, ketakutan tidak lulus SPMB mulai mendatangiku. Aku hanya mengikuti SPMB saja, selain itu tidak ada bahkan tidak tahu harus ke mana. Aku hanya tahu apa yang Ia katakan, selain itu tidak. Namun akhirnya aku belajar untuk percaya, kembali harapan itu pun timbul.

Hari pengumuman pun datang. Sahabatku menelepon bahwa aku masuk pilihan pertama: Psikologi Unpad.
Hal yang tidak dapat dijelaskan secara manusia. Hal yang bagi manusia tidak mungkin, Ia buat menjadi mungkin. Ketika aku telah melakukan bagianku, Ia sendiri yang akan menyelesaikannya. Dan malamnya, ketika aku membuka diariku, mengingat lagi perjalanan luar biasaku selama pra SPMB, aku pun terkejut...
Di suatu halaman, aku lupa kalau pernah menuliskan janji-Nya untukku:
Kamu akan masuk Psikologi UNPAD.


Pagi ini aku menangis.
Ada mujizat-Nya yang sempat aku lupakan: Bapaku menyediakan satu kursi untukku di Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Seperti yang pernah kakakku katakan dulu, “Tuhan yang membawa kamu masuk ke sini, masa kamu mau keluar tanpa Dia?”

Skripsi.
Perjuangan bersama Bapa terus berlanjut:)
Dengan ketopong pengharapan...

No comments:

Post a Comment