Tuesday, April 20, 2010

Perpisahan Lagi

Aku bertemu dengannya pertama kali saat audisi. Dia mengujiku dan memberikan kritik padaku. Kritikan pertama.

Lalu kemudian kami bertemu lagi dalam suasana yang sama namun dalam maksud yang berbeda. Kini dia yang mengajariku. Apa yang diajarkannya selalu tegas dan benar. Kritikan demi kritikan. Apa yang dia berikan selalu membangunku. Dia menjadi guru bagiku dalam bidang ini, memberi ilmu sekaligus kebenaran. Dan tidak hanya itu, bagiku ia selalu menularkan sukacita kepada orang di sekelilingnya, minimal aku merasa tertular karenanya.

Pernah suatu saat ketika aku merasa frustasi karena suatu hal. Dalam masalah tersebut, yang kupikirkan adalah orang ini. Aku langsung memutuskan untuk bercerita padanya. Aku bahkan sampai menangis saat aku menceritakan perasaanku saat itu lewat SMS. Kepeduliannya, ya kasihnya, terasa hangat bagiku.

Pernah aku melihat bagaimana ia menunjukkan rasa sayangnya pada orang yang dikasihinya. Tidak dengan perkataan saja, tapi dengan perbuatan; kritikan yang membangun. Aku benar-benar melihat kasihnya yang besar itu justru saat ia mengkritik, dan memberikan semangat. Itulah kekuatannya menurutku. Aku tak henti menceritakan pelajaran berharga itu pada orang sekelilingku saking senangnya.

Di kali lain, aku melihatnya di depan umum. Bercerita sambil menangis. Aku jelas tak menyangka, karena baru pertama kali aku melihatnya menangis. Dan di sana, di antara orang-orang yang sedang melihat dan mendengarkannya, aku menahan air mataku. Aku terharu akan imannya, kagum akan kebenaran yang dengan teguh terus ia pegang walau kenyataannya tak menyenangkan, bahkan menyakitkan bagi dirinya. Tapi di situlah aku melihat sosoknya yang kukagumi, ku teladani.

Belakangan ini aku mendengar kabar bahwa ia akan pergi ke suatu pulau nun jauh di sana. Jujur saja aku merasa sedih. Ya, aku memang menyayanginya bagai kakakku sendiri. Aku sedikit tidak percaya akan berita tersebut karena belum mendengar langsung dari mulutnya sendiri. Tapi untuk menanyakan langsung padanya aku merasa segan, entah kenapa.

Sampai akhirnya kemarin aku benar-benar melihatnya, setelah beberapa minggu tak bersua. Rasa rindu menjalari perasaanku. Aku langsung menanyakan kabar tersebut padanya. Dan ia mengiyakannya. Hah, aku tak menyangka, bahkan di saat-saat terakhir aku berbicara dengannya, ia masih sempat mengajariku ilmunya dengan sabar. Yah, itulah guruku.

Hidupnya membangun hidupku, meski aku belum mengenalnya begitu lama. Mungkin Tuhan hanya mengirimkannya sebentar untuk mengajarkanku beberapa hal penting melaluinya.
Diam-diam, saat aku mengenang pengalamanku bersamanya, aku berdoa pada Bapa agar permintaannya yang kurasa selalu ada di hatinya itu, yang selama ini kuminta juga, aku berdoa itu benar-benar terkabul. Karena menurutku ia sangat layak mendapatkannya. Menurutku, selama ini ia telah begitu sabar menunggu.


Aku berdoa.

No comments:

Post a Comment