Takkan Hilang
Aku ingat saat masih kecil, tengah malam aku terbangun karena suaranya. Sambil berpura-pura tidur, aku mendengarkan dengan seksama apa yang sedang terjadi.
Dia, di tempat tidur itu, menangis sambil berdoa untuk kami...
Aku ingat waktu ia pernah menangis dikarenakan seseorang dan kami memeluknya dengan erat. Hari itu, aku yang suka membantah perkataannya langsung berubah baik di hadapannya hanya karena tidak ingin melihat air mata itu tertumpah.
Aku juga ingat betul saat itu, aku masih duduk di kelas 1 SMP, merengek-rengek padanya ingin ikut Camping PMR padahal waktu itu ia sedang sakit. Tapi aku menangis dan akhirnya ia mengabulkan permintaanku. Pada akhirnya aku justru sangat menyesal mengikuti camping itu karena tidak semenyenangkan yang kupikirkan.
Ia adalah wanita paling tangguh yang pernah kukenal: Mama.
Menjadi wanita single parent menurutku sangat tidak mudah, terutama dengan 5 orang anak yang memiliki kebutuhannya masing-masing. Ia bekerja tanpa memikirkan dirinya. Bangun sangat pagi, memasak sarapan, menyiapkan anak-anaknya sekolah dan sarapan, memasak, mencuci, membereskan rumah, bekerja, dan tidur larut malam.
Aku tidak pernah merasakan ketangguhan Mama sampai ketika aku harus kehilangannya.
Aku ingat terakhir aku bertemu Mama di rumah sakit, aku terkejut karena badan Mama menjadi sangat kurus. Bahkan waktu itu aku belum sempat pamitan dengannya karena kelalaianku. Namun aku berpikir bahwa aku akan bertemu dengannya lagi.
Tapi tidak.
Beberapa minggu kemudian saat aku libur semester, aku membantu bibiku memasak di rumah. Moment itu bahkan masih terekam jelas di otakku, aku yang sedang menghaluskan sayur, tiba-tiba entah kenapa aku menggumamkan sebuah lagu yang dinyanyikan Nikita...
Di doa ibuku, namaku disebut.... Di doa ibu kudengar, ada namaku disebut.
Beberapa detik kemudian telepon rumah terdengar. Kakekku yang mengangkat. Abangku menelepon dari rumah sakit, berkata bahwa Mama pingsan semalam. Seisi keluargaku panik dan memutuskan untuk langsung menjenguk ke rumah sakit. Hanya aku yang tidak mau ke rumah sakit. Aku bilang pada mereka untuk tetap di rumah membantu Bibi memasak. Beberapa menit kemudian telepon kembali berdering. Kakekku kembali mengangkatnya. Terakhir yang aku ingat adalah aku penasaran ke ruang keluarga karena mendengar nenekku ribut. Di situlah aku tahu, Mama dipanggil Tuhan. Hal pertama yang kulakukan adalah meremas tanganku sendiri sambil berteriak dalam hatiku supaya aku bangun dari mimpi buruk itu. Sampai akhirnya aku sadar bahwa itu bukan mimpi.
Semua datang. Dari setiap penjuru Indonesia, mereka semua datang. Sahabat-sahabat dan keluarga Mama, bahkan dari keluarga ayahku. Mereka menangis dan merasa kehilangan. Aku bisa merasakan itu karena masing-masing dari mereka mengatakan kelebihan Mama sambil menangis. Di situ aku baru mengetahui bahwa banyak sekali orang-orang yang merasa terinspirasi melalui hidup Mama. Kadang aku berpikir, bagaimana caranya ia bisa membagi waktu sehingga terlihat ‘hebat’ di mata setiap orang yang mengenalnya?
Banyaknya air mata yang jatuh hari itu, setiap pelukan satu sama lain, jeritan histeris, kerumunan orang-orang, aku tidak lupa. Waktu itu, aku teringat sebuah lagu yang pernah Mama ajarkan padaku....
Tuhanlah yang menghiburku, tanganku dipegang teguh. Hatiku berserah penuh, tanganku dipegang teguh...
Mama meninggal karena sakit paru-paru basah. Itu sangat mungkin terjadi karena Mama sering mencuci baju atau mencuci piring subuh atau malam hari. Bahkan aku ingat ketika Mama pulang kerja dalam keadaan basah kuyup kehujanan karena lupa membawa payung. Saat itu Mama berkata, ia terpeleset di tengah jalan karena licin. Badannya hari itu sakit, tapi besok paginya ia tetap menyiapkan sarapan bagi kami.
Dulu, kadang aku bermimpi bertemu Mama, mencium, memeluknya bahkan menangis di hadapannya. Aku kini mendapat pelajaran penting untuk menunjukkan rasa cinta terhadap orang-orang yang kukasihi sebelum terlambat. Sebelum kehilangan dirinya.
Terkadang sampai saat ini masih ada kenalan Mama yang menangis teringat beliau bila bertemu denganku.
Aku pernah mendengar di TV sebuah kalimat yang mengatakan bahwa di dalam hati perempuan, akan ada seseorang yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya. Aku sudah punya seseorang itu: Mama.
Wajahnya saat tertawa, lelah, atau marah, air matanya, lekuk tubuhnya saat menari-nari, ketika ia memilih untuk mengalah pada seseorang, teriakannya saat memanggilku, tangannya saat membelai rambutku, suara merdunya yang teralun di seisi rumah, masakannya, fisiknya ketika sakit sampai kematiannya—semuanya tidak akan pernah hilang.
 |
Si Cantik : ) |
Nelly Susan, 2010
Di-reblog dari tulisanku di L.O.S.T (
http://leungit.blogspot.com/)
Happy mother’s day to every mother in this world: )