Tuesday, September 18, 2018

Namboru Riung



Saya memanggilnya Namboru. Dua hari yang lalu, malam hari, di tengah kantuk saya, suami memberitahu bahwa Namboru sudah dipanggil Tuhan.

Ada beberapa kenangan yang terlintas di benak saya.
Pertama, Namboru pernah berkata, "Boru Siringoringo mah pintar cari jodoh. Pasti suaminya orang yang baik, kayak Amangborumu ini baik banget kan?"
Entah mengapa, saya pegang kata-kata Namboru itu dan mempercayainya, padahal saya saat itu sedang tidak menaruh perasaan pada pria manapun, masih kuliah, belum tahu kira-kira siapa jodoh saya.
Namun perkataan Namboru memang benar. Saya memiliki suami yang sangat baik, saya bahagia dan bersyukur. Bahkan, justru suami sayalah yang memaksa saya untuk menjenguk Namboru. Memaksakan di tengah-tengah kesibukan, sekalipun harus menempuh perjalanan sangat jauh. Dia sendiri yang mengantar saya untuk menjenguk Namboru di rumah sakit tepat seminggu yang lalu.

Saya juga teringat akan sosok Namboru yang selalu ceria, senang bercerita dan bernyanyi, senang menjamu saya dan adik-adik untuk datang ke rumahnya, bahkan suka memaksa kami menginap di rumah Namboru setiap Tahun Baru. Beliau selalu mencium kami setiap berjumpa dan minta dicium balik.
Minggu lalu, saat saya menjenguk Namboru, tanpa diminta saya mencium kening Namboru yang terbaring lemah sambil pamit. Itulah cium terakhir saya untuk Namboru.

Sedih ketika mengingat, banyak keluarga yang Namboru sayangi dan menyayangi Namboru harus ditinggalkan. Terutama melihat Amangboru, pasangan hidup yang saya lihat sangaaaaat mencintai Namboru, menangis karena kepergian Namboru.
Tapi saya mengucap syukur, beliau memberi beberapa teladan yang baik semasa hidupnya bagi saya.
Semoga keluarga yang ditinggalkan, khususnya Amangboru terkasih, selalu dihibur dan dikuatkan Roh Kudus. Amin